AVERNATO
BUNGA KEHIDUPAN
oleh
ASEP JUARDA
BAB SATU
PRIA itu sudah beranjak dewasa dan tinggal di pinggiran Kota Sackera, ibukota Tripa. Rumahnya dikelilingi ladang pertanian yang memang dikelola sendiri. Jagung dan gandum sudah hampir memasuki masa panen dan memang sudah ditunggu sang pria. Ia sekarang berdiri di depan rumah, memandang hasil kerja kerasnya selama beberapa bulan ini. Rambutnya berwarna hitam pekat dengan mata sedikit abu-abu, kebanyakan orang Tripa berambut pirang. Ayahnya dari Lukulo, daerah tropis di selatan yang meninggal lima tahun lalu. Kini di rumah itu hanya ada dirinya dan ibu kandung yang sering bepergian ke kota. Enam bulan lalu, ibu pria itu tiba-tiba memberitahu telah menikah dengan pujaan hatinya, seorang pria tampan yang kaya raya. Rumah itu semakin sepi.
"Dengar Dinu, kau sudah besar jadi kau harus mandiri. Ibu akan pergi bersama suami baru. Oh, dia kaya dan sering pergi ke luar negeri." Kata ibu pria itu sekitar enam bulan lalu setelah menikah.Sang pria yang bernama Dinu mencoba bersikap tenang dan berusaha agar tidak menunjukan ekspresi yang buruk. Dinu hanya ingin ibunya bahagia walau setelah ayahnya tiada,sang ibu seringkali pergi.
"Jangan risau, aku akan baik-baik saja. Ada Bibi Ela juga, aku tidak kesepian." Katanya waktu itu, merasa mungkin inilah cara untuk hidup sendiri walau sudah ia rasakan sejak dulu. Ibunya jarang mempedulikan Dinu, tapi ia menghormatinya. Apapun yang terjadi, ia akan berbakti pada ibu kandungnya sendiri.
"Oh, tentu. Usiamu sudah dua puluh tahun bukan? Jika kau menikah, kau harus memberitahu ibu." Ujar ibu Dinu. Baru kali ini rasanya ia diperhatikan, ia tersenyum. Ibunya keluar rumah, memeluk Dinu, anak satu-satunya yang sudah dewasa. Sang ibu beranjak menjauh. Ibunya berjanji akan berkunjungg enam bulan sekali, dan inilah saatnya. Tapi entah datang tidak.
Setelah bosan dengan pemandangan ladang pertanian, Dinu melangkah kedalam rumah. Sudah sore, waktunya membereskan semuanya. Ia mulai menyapu, mengepel, membersihkan kandang sapi yang jumlahnya tak seberapa. Pekerjaan telah diselesaikan, ia mandi, tapi air dari keran itu tak mau keluar. Ada masalah dengan pompanya. Jadi ia berjalan menuju sungai berukuran sedang yang jaraknya cukup dekat. Sungai itu berarus pelan, cukup aman untuk mandi. Dinu melihat keseberang, padang rumput hijau yang luas terhampar. Dibaliknya ada beberapa rumah lalu menuju Kota Sackera yang langsung menghadap laut. Ada beberapa kawanan rusa dengan tanduk mirip kerbau tapi menjulur keatas berlarian di padang sambil makan rerumputan.
Setelah bosan dengan pemandangan ladang pertanian, Dinu melangkah kedalam rumah. Sudah sore, waktunya membereskan semuanya. Ia mulai menyapu, mengepel, membersihkan kandang sapi yang jumlahnya tak seberapa. Pekerjaan telah diselesaikan, ia mandi, tapi air dari keran itu tak mau keluar. Ada masalah dengan pompanya. Jadi ia berjalan menuju sungai berukuran sedang yang jaraknya cukup dekat. Sungai itu berarus pelan, cukup aman untuk mandi. Dinu melihat keseberang, padang rumput hijau yang luas terhampar. Dibaliknya ada beberapa rumah lalu menuju Kota Sackera yang langsung menghadap laut. Ada beberapa kawanan rusa dengan tanduk mirip kerbau tapi menjulur keatas berlarian di padang sambil makan rerumputan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar