Teras yang porak-poranda
Pohon-pohon di kebun mati tak bersisa
Sungai yang jernih kini mendadak keruh
Tanah subur di desa berubah menjadi
lumpur kotor
Langit pun selalu dihiasi awan-awan
hitam
Dan orang-orang merasa gusar tak karuan
Bertanya keadaan disana-sini penuh
kebisuan
Ombak bergulung di utara Jawa mengempas
kekhawatiran
Namun waktu tak memberi pilihan lain
Mereka tak punya kekuatan besar
Ketika negeri ini telah tercoreng-moreng
tangan jahil
Tak ada perlawanan sama sekali
Gemericik air pun seakan enggan berbunyi
Kemilau sang surya menapak rumah-rumah
Hancurlah sudah segala upaya
Teras itu porak-poranda
Ditelan kekuasaan yang terus mengeruknya
Di negeri nan indah sejuta pesona
Terselip berbagai cerita kepiluan
Ditengah tersohornya keindahan
Semua mata melirik sinis
Mereka yang berada di pelupuk
Jauh terhina dan terus tertunduk
Majalengka, 2 Januari 2017
Mengeruk uang di
saku rakyat
Awalnya,
Semua terjadi di bumi penuh kekayaan
Jeritan beroktan tinggi memenuhi jagat
Tangisan mengitari pulau antah berantah
Tak ada jawaban sekata pun
Penantian kosong tanpa kejelasan
Tapi,
Orang-orang berwajah tenang
Punya niat busuk terpatri
Cahaya mendadak jatuh seperti meteor
Kesadaran datang menggantung di otak
Terbelalak terpedaya oleh kesenangan
Ternyata,
Ilusi menjadi objek
Kekayaan dunia berupa harta
Menguasai pikiran yang semu dan sempit
Dan terus mengeruk saku rakyat jelata
Yang bahkan sulit hidup sebentar saja
Akhirnya,
Semua kenyataan pahit
Kesalahpahaman yang rumit
Terdiam tanpa tindakan
Dan hanya tuhan yang mengawasi cermat
Majalengka, 2 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar