Translate

Kamis, 26 Januari 2017

ARTIKEL

Membangun Kota Pintar ditengah Tantangan
   Seringkali Kota Pintar atau dalam bahasa Inggris disebut Smart City identik dengan teknologi yang merajalela merasuki setiap masyarakat dalam lingkup perkotaan. Istilah ini sebenarnya tidak terlalu diperlukan karena mengakibatkan berbagai masalah baik itu secara politik, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya. Walaupun beberapa hal memang diperlukan semata-mata untuk kepentingan masyarakat. Yang dikatakan tadi mengenai ketidaksetujuan istilah ini karena kita akan melihat bagaimana satu kota bersaing dengan kota lainnya dalam hal teknologi. Tentu jika kita melihatnya melalui konteks nasional itu tak masalah, menunjukkan bahwa suatu daerah ingin berpikir lebih maju lagi. Tapi lain lagi jika misalnya seluruh kota di dunia bersaing untuk menunjukkan eksistensinya dalam teknologi. Kalau dampak positif tidak masalah, tapi lebih sering lagi kita menemukan berbagai sisi negatifnya. Apalagi isu tentang teroris, SARA, dan sejenisnya yang mungkin akan ikut terbawa dalam pembangunan Kota Pintar di seluruh dunia. Diperlukan lembaga yang harus mengawasi semua gerak-gerik mencurigakan yang mengancam dunia ini, terlebih lagi isu-isu yang berkembang mulai berdampak luas disekitar kita.
   Membangun suatu Kota Pintar memang tidak mudah dan masyarakat akan lebih disibukan lagi dengan berbagai istilah seperti ini. Suatu keharusan memang dalam perkembangan zaman yang semakin melesat jauh. Kekhawatiran setiap orang tentu berbeda-beda dan saya ingin walaupun penerapan Kota Pintar hampir disetiap daerah, kita jangan sampai melupakan tentang berbagai adat yang sudah ada sejak dulu. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang menjadi kebutuhan hampir setiap golongan masyarakat harus dibarengi dengan bagaimana dampak positifnya dari kemudahan yang sudah ada. Membangun sesuatu yang baru memang tidak mudah karena begitu sulit untuk melepaskan apa yang sudah kita jalani sebelumnya. Berbagai masalah harus diatasi, semua yang terjadi anggap saja sebagai tantangan, tak terkecuali dengan Kota Pintar. Kesadaran akan segala sesuatu, pemanfaatan sumber daya yang telah ada dan membuat masyarakat lain merasa bahwa Kota Pintar bukan sekadar istilah tapi memang harus dijalani. Itulah sebuah konsep yang sesungguhnya, jangan terpaku pada definisi, ingatlah apa yang bisa kita lakukan untuk menjalaninya.

Minggu, 01 Januari 2017

Kisah Nyata

Jiwa yang hilang tetap dalam ingatan

   Hai pembaca setia Mazani Huto, jangan lupa terus baca artikel dan cerita menarik, tentunya berbeda dari yang lain hanya disini. Berikan juga saran dan kritikan di kolom komentar agar saya tetap termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik bagi masyarakat luas. Kali ini berbeda dengan artkel sebelumya saya ingin berbagi kisah nyata mengenai kehidupan , yaitu tentang pamanku.

   Ia sudah puluhan tahun, bahkan mungkin lebih dari duapuluh tahun di Jakarta. Pamanku pulang kampung ke Cirebon hanya ketika dua hari raya saja dan hanya bercerita seperlunya. Ia bekerja di toko jamu herbal di Jakarta Timur milik seorang wanita keturunan Cina. Dan kisah paling memilukan adalah akhir-akhir ini, ketka pertengahan bulan November 2016, pamanku tiba-tiba saja pulang, tanpa memberitahu apapun dulu kepada kami yang ada di Cirebon. Ia langsung telentang di kamar nenekku dan yang begitu menyedihkan, tubuhnya kini lebih kurus dari sebelumnya. Pamanku berkata ia punya penyakit lambung sudah kronis dan sekitar seminggu di Jakarta dirawat namun tak ada perkembangan. Kami, nenekku, ibuku juga bibi-bibiku menangis mendengar ia naik bus kesini sendirian, untungnya tidak pingsan di jalan. Dan dimulailah kisah pamanku selanjutnya di kampung halamannya yang membuat kami merasa miris.

   Menurut ibuku, lebih baik ia berobat ke puskesmas, pamanku menurut saja dan ia meminum obat dari sana. Namun tetap tak ada efeknya malah semakin parah dan ketika aku memijatnya selama seminggu itu, badannya terasa panas tapi telapak kakinya sedingin es. Percobaan non-medis pun dilakukan, katanya ada yang berbuat iseng pada pamanku tapi keadaannya tak kunjung membaik malah ia tak mau makan. Pamanku ke rumah sakit selama tiga hari karena memang kami tak punya cukup uang sementara pamanku juga minim dana. Kami sekeluarga terus mengupayakan hingga menjual emas milik nenekku, atau menjuall pohon. Setelah dari rumah sakit, dan sama seperti sebelumnya, keadaanya begitu menyedihkan. Kami sudah mengerahkan segala kemampuan hanya mukjizat Allah yang mampu memberi kesembuhan pada pamanku.

   Pamanku merintih kesakitan setiap malam dan membuat kami sekeluarga begitu sedih melihat keadaannya. Dan pada malam ketika aku sudah menerima rapor pada pagi itu, pamanku terus melemah keadaannya. Kami mengaji dan sakaratul maut menghampiri. Aku sedang mengaji di kamar itu, ayahku ada disana lalu napas yang semula nyaring itu tak terdengar. Bibi-bibiku menghampiri sambil mengucap syahadat dan aku melihat pamanku sudah tak bernapas, jiwanya telah tiada. Hampir yang ada disana menangis, aku tetap terdiam dan merasa seperti tubuh ini menjadi kaku. Kini tak ada lagi penantian ketika menunggu pamanku pulang dari Jakarta, tak ada lagi.  Hanya Allah yang menentukan takdir setiap manusia, kita hanya bisa menunggu kapan kita dipanggil oleh-Nya. 

   Kisah ini mungkin sering terjadi disekeliling kita namun dengan cara yang tak terduga. Saya tidak bermaksud menggurui kerena memang saya sendiri masih seorang siswa. Saya hanya berharap kita semua menghadap ke sang pencipta dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Amin.

  
  

Puisi Bahasa Indonesia



Teras yang porak-poranda
Pohon-pohon di kebun mati tak bersisa
Sungai yang jernih kini mendadak keruh
Tanah subur di desa berubah menjadi lumpur kotor
Langit pun selalu dihiasi awan-awan hitam

Dan orang-orang merasa gusar tak karuan
Bertanya keadaan disana-sini penuh kebisuan
Ombak bergulung di utara Jawa mengempas kekhawatiran
Namun waktu tak memberi pilihan lain
Mereka tak punya kekuatan besar

Ketika negeri ini telah tercoreng-moreng tangan jahil
Tak ada perlawanan sama sekali
Gemericik air pun seakan enggan berbunyi
Kemilau sang surya menapak rumah-rumah
Hancurlah sudah segala upaya

Teras itu porak-poranda
Ditelan kekuasaan yang terus mengeruknya
Di negeri nan indah sejuta pesona
Terselip berbagai cerita kepiluan
Ditengah tersohornya keindahan
Semua mata melirik sinis

Mereka yang berada di pelupuk
Jauh terhina dan terus tertunduk
Majalengka, 2 Januari 2017



 
Mengeruk uang di saku rakyat
Awalnya,
Semua terjadi di bumi penuh kekayaan
Jeritan beroktan tinggi memenuhi jagat
Tangisan mengitari pulau antah berantah
Tak ada jawaban sekata pun
Penantian kosong tanpa kejelasan

Tapi,
Orang-orang berwajah tenang
Punya niat busuk terpatri
Cahaya mendadak jatuh seperti meteor
Kesadaran datang menggantung di otak
Terbelalak terpedaya oleh kesenangan

Ternyata,
Ilusi menjadi objek
Kekayaan dunia berupa harta
Menguasai pikiran yang semu dan sempit
Dan terus mengeruk saku rakyat jelata
Yang bahkan sulit hidup sebentar saja

Akhirnya,
Semua kenyataan pahit
Kesalahpahaman yang rumit
Terdiam tanpa tindakan
Dan hanya tuhan yang mengawasi cermat
Majalengka, 2 Januari 2017